ABM Investama Preloader

Article

ABM Investama Mulai Produksi Tambang Aceh Juli 2014

Image

Indonesia Finance Today (Ignasius Laya) | Jakarta - PT ABM Investama Tbk (ABMM), perusahaan energi terintegrasi, akan mulai memproduksi batubara dari tambang milik anak usahanya di Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Nanggroe Aceh Darusasalam pada Juli 2014.

Andi Djajanegara, Presiden Direktur ABM Investama, mengungkapkan kapasitas produksi tambang mencapai 7,6 juta ton per tahun untuk tahap pertama.

"Nanti kita lihat perkembangan berikutnya seperti apa. Kalau perkembangan industri batubara ternyata sudah mulai membaik, harusnya kapasitas akan ditingkatkan. Rencana operasi komersial sekitar Juli 2014," ungkap dia kepada Finance Today di kantornya, Rabu.

Tambang Aceh dioperasikan oleh anak usaha ABM Investama, PT Reswara Minergi Hartama setelah mengakuisisi 70% saham PT Media Djaya Bersama pada Juni 2011.

Andi mengatakan saat ini Reswara sedang menyelesaikan beberapa proyek infrasturkur di tambang tersebut, mulai dari hauling road, pelabuhan, dan jetty. Panjang hauling road ke pelabuhan sekitar 12 kilometer. Selain itu. perusahaan juga se­dang menyelesaikan baseline conveyor yang akan mengangkut batubara dari pelabuhan ke kapal pengangkut batubara sepanjang satu kilometer.

Seluruh pekerjaan inlrastruktur tambang telah lebih dari 50%, sementara panjang baseline conveyor yang telah dibangun mencapai 400 meter.

Batubara yang dihasilkan dari tambang Meulaboh merupakan batubara dengan kalori rendah dengan total cadangan cadangan sekitar 215,78 juta ton dan sumber daya lebih dari 365 juta ton.

Menurut Andi, ABM Inves­tama telah menandatangani bebe­rapa notakesepahaman (memo­randum ofunderstanding/MoU) dengan beberapa pembeli asal India. Perusahaan asal India telah mendekati perusahaan untuk membeli batubara dari tambang di Aceh karena batu­bara yang dihasilkan cocok dengan karakteristik yang dibutuhkan untuk pembangkit listrik berbahan batubara yang dimiliki. Selain itu, faktor letak geografis Aceh yang lebih dekat ke India merupakan alasan lain ketertarikan perusahaan India.

"Ada beberapa perusahaan besar sudah mendekati kita. Sekarang dari kesiapan kita sendiri saja, karena kita ingin make sure, saat proyek ini selesai, delivery-nya bagus," kata dia.

Untuk pengembangan tam­bang di Aceh, ABM Investama menginvestasikan sekitar US$ 125 hingga US$ 150 juta. Dana itu sebagian berasal dari hasil penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) perseroan senilai Rp 2,1 triliun pada 2011.

Lebih dari 60% total investasi pengembangan tambang Aceh telah dibelanjakan, mulai dari pembelian tanah, pembangunan hauling roadjetty, hingga baseline converyor.

"Belum ada perusahaan yang invest besar di Aceh. Jadi kita dianggap pioner di sana," tukas dia.

Optimistis

Andi optimistis pengembangan tambang Aceh akan memberikan kontribusi yang besar terhadap perseroan, meski bisnis tambang batubara tidak memberikan mar­gin yang cukup besar seperti tahun beberapa tahun sebelumnya.

ABM Investama baru tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 2011 tetapi PT Tiara Marga Trakindo, induk usaha perseroan telah menjalani bisnis pertambangan selama 43 tahun sehingga kondisi naik turunnya industri per­tambangan merupakan hal yang biasa.

Menurut Andi, banyak perusahaan tambang dan energi dimiliki oleh institusi keuangan sehingga visinya adalah visi jangka pendek, bagaimana mengembalikan investasi dalam jangka pandek. ABM tetap berkomitmen untuk mengembangkan tambang Aceh karena visinya adalah visi jang­ka panjang. Apalagi tambang batubara di Aceh memiliki karakteristik khusus yang menguntungkan.

Batubara dari tambang milik ABM Investama di Aceh meru­pakan batubara kalir rendah sehingga struktur biaya penambangan (cost structure) paling rendah. Namun demikian margin penjualan batubara kalori rendah relatif stabil. Letak tambang yang hanya 11 kilometer ke pelabuhan membuat perusahaan dapat menekan struktur biaya.

Letak Aceh yang lebih dekat ke India ketimbang dari Kalimantan membuat batubara dari Aceh lebih menguntungkan. Biaya pengiriman batubara dari Aceh ke India lebih murah US$ 5 per ton dibandikan dari Kalimantan.

"Kuncinya low rank coalcost structure-nya rendah aja. Demand-nya cukup besar (dari India). Mereka (IPP India) bangun pembangkit listrik gila-gilaan," tandas dia.

Reswara juga memiliki dan mengoperasikan tambang batubara di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Produksi tambang di Kalmantan Selatan sepanjang Januari hing­ga September 2013 tercatat sebanyak 3,4 juta ton. Dari tambang ini ABM Investama menargetkan produksi sebanyak 5 juta ton hingga akhir 2013. ■