ABM Investama Preloader

Article

ABM akan Masuk Sektor Konstruksi Nikel dan Semen

Image

Investor Daily | Jakarta - PT ABM lnvestama Tbk (ABMM) melalui anak usahanya, PT Cipta Kridatama (CK), berencana melakukan diversifikasi usaha ke sektor konstruksi per­tambangan nikel dan bahan baku semen. Perluasan usaha itu untuk menggenjot pendapatan di luar pertambangan batubara.

Direktur ABM lnvestama Yovie Priadi mengungkapkan, pendapatan terbesar perseroan selama ini berasal dari bisnis kontraktor batubara. Pen­dapatan dari sektor tersebut cukup jauh perbandingannya dibandingkan unit bisnis lainnya.

"Dalam lima tahun mendatang, perseroan menargetkan kontribusi pendapatan di luar pertambangan batubara mencapai 40%." kata Yovie kepada Investor Daily di Jakarta, baru-baru ini.

Dia menegaskan, diversifikasi usa­ha tersebut harus dilaksanakan agar kinerja keuangan perseroan tidak sangat bergantung kepada bisnis kontraktor batubara.

Diversifikasi usaha yang bakal dilaksanakan oleh ABM melalui CK merupakan lanjutan dari diversifikasi yang dilakukan pada tahun lalu, yaitu kontraktor pembangunan in­frastruktur. Diversifikasi usaha yang dilakukan perseroan masih dalam koridor kemampuan dan peralatan yang dimiliki oleh CK.

Selain bakal mendiversifikasi usaha CK, perseroan juga berencana mendiversifikasi usaha anak usahanya di sektor logistik. Rencananya. perseroan bakal masuk ke bisnis logistik ritel. Salah satu bisnis yang bakal dimasuki perseroan adalah pengangkutan logistik di sektor minyak dan gas.

Sementara itu, tahun ini, ABM lnvestama akan mencari dana eksternal sebesar US$ 105 juta atau sekilar Rp 1,2 triliun untuk membiayai belanja modal (capital expenditure / capex) yang mencapai US$ 150 juta atau Rp 1,8 triliun Perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga Hamami itu mengkaji opsi pinjaman bank dan obligasi.

Yovie pernah mengatakan, pendanaan eksternal bakal membiayai 70% capex, sedangkan sisanya 30% dari kas internal. "Perseroan masih mengkaji apakah akan menerbitkan obligasi atau menggunakan pinjaman bank." ungkap dia.

Yovie menegaskan, saat ini per­seroan sudah memiliki fasilitas pin­jaman yang dapat digunakan untuk membiayai capex. Fasilitas pinjaman bank tersebut dimiliki oleh ABM dan beberapa anak usaha. Namun, Yovie tidak tahu persis nilai plafon pinjaman bank tersebut.

Sesuai rencana, ABM akan meng­gunakan mayoritas capex tahun ini untuk mendongkrak kinerja lini bisnis di sektor kelistrikan. Perse­roan berencana meningkatkan porsi pendapatan dari sektor kelistrikan pada tahun ini.

ABM memulai konstruksi pemba­ngunan pembangkit listrik mandin (independent power producer / IPP) berkapasitas 2x20 megawatt (MW) di Pulau Karimun. Jawa Tengah. Pembangunan IPP tersebut diperkirakan bakal menelan dana hingga sebesar US$ 80 juta atau sekitar Rp 960 miliar.

Menurut Yovie, pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar batubara merupakan strategi per­usahaan untuk mendiversifikasi lini usaha. Sebelumnya, ABM melalui anak usahanya, PT Sumberdaya Sewatama, fokus menyediakan listrik yang berasal dari mesin diesel.

Melalui diversifikasi usaha tersebut, perseroan berencana untuk menyinergikan bisnis anak-anak usaha perseroan. Dengan kebutuhan bahan bakar batubara, yaitu sumber energi IPP diharapkan dapat dipasok dari anak usaha perseroan di sektor produsen batubara, yaitu PT Reswara Minergi Hartama.

"Nantinyi supply batubara bisa berasal dari Aceh atau Kalimantan Selatan," jelas dia. Saat ini, Res­wara tercatat memiliki konsesi per­tambangan batubara di Aceh dan Kalimantan.

Sebelumnya, ABM melalui anak usahanya, PT Cipta Kridatama berhasil meraih kontrak baru senilai USS 63 juta atau sebesar Rp 721 miliar dari PT Bangun Olahsarana Sukses (BOSS). Kontrak tersebut telah ditandatangani pada tahun lalu.

Yovie mengatakan, dalam kontrak tersebut, perseroan akan memberikan jasa pertambangan seperti pengupasan lapisan pucuk tanah dan tanah penutup, pengangkutan batubara, penyewaan alat berat, serta pemeliharaan infrastruktur jalan angkut batubara.

"Infrastruktur untuk pit tambang batubara BOSS di Kabupaten Kutai Barat. Kalimantan Timur." ucap Yovie. Dia melanjutkan. kontrak ter­sebut akan berlangsung selama lima tahun atau hingga 2019.

Selama masa kontrak, perseroan menargetkan mampu mencapai produksi pengupasan lapisan pucuk tanah dan tanah penutup sebesar 23 juta ban dan produksi batubara sebanyak 1.5 juta ton per tahun.

"Kontrak baru dengan BOSS akan mampu menjaga kinerja CK tetap positif di tengah kondisi industri ba­tubara yang belum membaik," ujar Yovie. (fik)