ABM Investama Preloader

Article

ABM Investama Target Pertahankan Profitabilitas

Image
Indonesia Finance Today | Jakarta - PT ABM Investama Tbk (ABMM), emiten energi terintegrasi, menargetkan mempertahankan profitabilitas pada tahun ini di tengah kondisi pasar batu bara yang masih melemah. Pada 2014, profitabilitas yang tercermin dalam margin kotor perseroan tercatat berada pada level 20% dan margin usaha negatif 9,1%. Pada kuartal I 2015, ABM mencatat margin kotor 18,5% dan margin usaha positif 5,1%.
 
Adrian Erlangga, Direktur Keuangan ABM Investama, mengatakan perseroan berupaya untuk mempertahankan kinerja margin perseroan dengan fokus pada peningkatan pendapatan usaha dan pengingkatan efisiensi biaya.
 
ABM menargetkan pendapatan tumbuh 10%-15% pada 2015 dibandingkan dengan realisasi 2014 sebesar US$ 723,6 juta. Peningkatan pendapatan terutama didorong oleh kinerja dua segmen usaha perseroan di bidang pertambangan dan jasa tambang batu bara, serta ketenagalistrikan.
 
Untuk bidang jasa tambang, perseroan menargetkan kinerja operasional dari kegiatan penyewaan alat dan pemindahan lapisan tanah tumbuh 25% pada 2015.
 
Pada 2014, perseroan melalui anak usaha PT Cipta Kridatama mencatat kinerja operasional sebesar 15,2 juta ton batu bara untuk penyewaan alat dan 102,5 juta ton bank cubic meters (bcm) untuk pemindahan lapisan tanah.
 
Untuk segmen pertambangan batu bara, melalui anak usaha PT Tunas Inti Abadi (TIA), PT Mifa Bersaudara dan PT Bara Energi Lestari, ABM menargetkan penjualan batu bara naik pada kisaran 6,5 juta - 8,5 juta ton dari sebelumnya 5,6 juta ton pada 2014. Kenaikan penjualan batu bara didorong oleh beroperasinya tambang baru Mifa yang ditargetkan mampu menjual batu bara sebanyak 1 juta-3 juta ton tahun ini. Sementara itu, kontribusi terbesar masih berasal dari tambang Tunas Inti.
 
"Kami mendapat tekanan dari segmen usaha tambang dan jasa tambang karena memang industri lagi turun. Namun, kami teteap berupaya meningkatkan kinerja sesuai dengan kontrak dan permintaan pasar sehingga mampu mencapai target pertumbuhan pendapatan tahun ini," kata Adrian di Jakarta, Senin.
 
Di segmen ketenagalistrikan, melalui anak usahanya PT Sumberdaya Sewatama, ABM menargetkan kontribusi sebesar 20%-21% terhadap pendapatan tahun ini. Hal ini terutama didukung oleh kapasitas listrik perseroan yang ada dari pembangkit diesel sebesar 1.142 megawatt (MW). Namun, perseroan juga membuka peluang untuk akuisisi perusahaan produsen listrik swasta (Independent Power Producer / IPP) pada tahun ini.
 
"Kami masih melihat peluang untuk akuisisi sekitar 100 MW-200 MW untuk tahun ini dari IPP. Kami harapkan bisa berkontribusi juga nanti. Ini masih sedang dikaji, opsinya nanti bisa dari pembangkit gas atau batu bara," ujar Adrian.
 
Yovie Priadi, Direktur Strategi Korporat ABM, mengatakan hingga kuartal I 2015, perseroan baru menyerap US$ 40 juta belanja modal atau 20% dari yang dialokasikan tahun ini sebesar US$ 200 juta.
 
Kinerja Keuangan ABM Investama
 
  Q12015 Q12014 Perubahan
Pendapatan 
(Juta US$) 163,06 172,58 -5,52%
Laba Bersih 
 
(Juta US$) -1,01 5,88 -117,18%
Margin 
 
Kotor (%) 18,55% 20,89% -11,22%
Margin
 
Usaha (%) 5,14% 9,60% -46,47%
Margin
 
Bersih (%) -0,62% 3,41% -118,18%
 
Belanja modal digunakan untuk kegiatan di anak usaha penambangan dan jasa tambang batu bara, terutama untuk kegiatan-kegiatan di lokasi pertambangan setelah tambang baru berproduksi. Untuk anak usaha di segmen kelistrikan, sejauh ini belum menyerap belanja modal karena masih disesuaikan dengan pengembangan-pengembangan proyek listrik yang sedang dilakukan perseroan.
 
"Untuk segmen kelistrikan akan disesuaikan dengan proyek. Jika akuisisi jadi dilakukan maka kami akan ada pengeluaran dana, sementara masih untuk kegiatan operasional biasa," kata dia.
 
Emiten energi terintegrasi lainnya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA), mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 5 triliun pada tahun ini, naik 127% dibandingkan dengan alokasi belanja modal 2014 sebesar Rp 2,2 triliun. Peningkatan belanja modal Bukit Asam didorong oleh proyek-proyek listrik yang akan dikerjakan perseroan pada 2015.
 
Akhmad Rosidi, Direktur Keuangan Bukit Asam, mengatakan karena posisi kas yang masig memadai serta adanya skema project financing untuk proyek-proyek listrik, membuat perseroan tidak akan melakukan pembiayaan melalui utang.
 
Efisiensi
Menurut dia, untuk efisiensi, sebagai perusahaan energi terintegrasi, perseroan akan menerapkan efisiensi dalam setiap lini operasional perseroan. Dari sisi biaya bahan bakar, misalnya, perseroan memperoleh keuntungan dengan pelemahan harga minyak. Sementara itu, di bidang usaha lain akan ada penghematan-penghematan biaya yang dilakukan untuk mendorong efisiensi.
 
Adrian menambahkan, untuk kegiatan operasional inti, perseroan masih mencatat kinerja keuangan yang positif. Namun, ada komponen-komponen di luar operasional perseroan yang menekankan kinerja keuangan, seperti provinsi dan impairment asset.
 
"Tahun lalu kami ada provinsi US$ 56 juta dan impairment asset US$ 68 juta, ini adalah komponen-komponen yang akan kami hilangkan di tahun ini sehingga bisa meminimalisasi kerugian bersih di tahun ini," kata dia.